Edukasi tentang Covid-19 Masih Kurang, Perlu Digencarkan
Sudah 1,5 tahun pandemi melanda Indonesia tapi edukasi tentang COVID-19 masih harus digencarkan untuk menurunkan laju penularan penyakit. Begitu menurut Abdul Rahman Ma’mun, Divisi Jaringan dan Kerjasama Forum Solidaritas Kemanusiaan (FSK).
“Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menggaet masyarakat agar tak enggan mencegah penularan, seperti halnya patuh 3M atau 5M, memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas, juga ikut vaksinasi yang kini juga jadi program pemerintah,” kata Abdul.
Semua itu dilakukan untuk memutus rantai penularan COVID-19. “Jangan jengah dan abai jika kita ingin segera terbebas dari pandemi,” tambahnya.
Edukasi dan literasi tentang COVID-19 harus sampai ke masyarakat di tingkat paling mikro. Ambil contoh di Jawa, edukasi literasi ini bisa menggunakan istilah setempat dengan lebih baik daripada ilmiah yang belum tentu dimengerti. Jadi, bahasanya sederhana, bisa pakai ungkapan daerah.
Namun, tantangan sudah pasti ada karena berkaitan dengan perubahan perilaku. Tak mudah mengajak orang untuk mengubah perilaku padahal kita masih hidup berdampingan dengan COVID-19.
“Jika mau melakukan perubahan perilaku maka pada akhirnya itu bisa menjadi ketahanan dalam diri sendiri. Itulah yang dibutuhkan,” katanya.
Menurutnya, edukasi akan berjalan ketika diperkaya dengan melibatkan penggalang solidaritas. Para pejabat daerah misalnya, pada situasi sekarang harusnya lebih berempati dalam melihat situasi. Jika kesulitan, bisa memperluas jaringan untuk menyebarkan informasi yang benar dibantu para penggalang solidaritas untuk membentuk solidaritas di masyarakat. Penggalang solidaritas bisa dari influencer, tokoh masyarakat, atau tokoh berpengaruh lain.
“Jika ada orang-orang yang punya pengaruh besar ini dilibatkan akan lebih efektif. Mereka mudah menyatukan dan lebih empatik karena di setiap daerah perilakunya juga berbeda-beda,” jelasnya.
Penggalang solidaritas bisa dimulai dari lingkup keluarga. “Kalau dapat link berita hoaks, sebaiknya bisa cek kebenarannya dengan cara meringkas poin-poin penting yang mengacu berdasarkan sains,” ujarnya.