Jangan Menyangkal Sakit Hati Dikhianati, Ayo Bangkit dan Pulihkan Diri

0

Pengkhianatan dapat terjadi dalam hubungan apapun. Di antara teman, kekasih, suami istri, bahkan keluarga. Sakit hati akibat pengkhianatan juga berbeda-beda kadarnya. Ada yang bisa reda dalam sekejap, ada pula yang sampai menimbulkan trauma.

Ketika tahu dikhianati, korban pengkhianatan umumnya menyangkal fakta tersebut. Dalam hati, dia masih bertanya-tanya, apa benar orang yang telah dipercaya begitu tega berkhianat? Kalau benar, kenapa? Apakan dia melakukan kesalahan hingga orang tersebut berkhianat? Dan banyak lagi pertanyaan lainnya.

Mengutip laman Healthline, korban pengkhianatan membutuhkan pendampingan untuk melalui fase berat dalam hidupnya. Kekecewaan yang berlarut, apalagi sampai menyalahkan diri sendiri, akan membuat mereka terjebak dalam situasi yang bisa jadi sampai membahayakan fisik dan mentalnya.

Tanda-tanda orang mengalami trauma pengkhianatan antara lain kesulitan mengekspresikan atau mengelola emosi, merasa cemas sampai depresi, mengalami gangguan pola makan, sulit percaya kepada orang lain, mimpi buruk, terkena serangan panik, hingga berpikir untuk bunuh diri. Salah satu kunci utama dalam meredakan kekecewaan karena dikhianati adalah menerimanya. Jangan menghindar apalagi menyangkal.

Proses penyembuhan mengharuskan seseorang menerima apa yang terjadi. Memang kamu tidak dapat menghapus sakit hati begitu saja dan menganggapnya tak pernah ada. Namun demikian, kamu bisa belajar memahami kalau ini adalah realitas dan bagian dari cerita hidupmu. Berdamailah dengan semua itu. Netralkan dirimu.

Langkah kedua adalah mengelola emosi. Mungkin kamu ingin berteriak, membanting barang, menolak bertemu orang lain karena malu, dendam, sedih, dan lainnya. Selama masih dalam batas wajar, tidak mengapa kamu meluapkan kemarahan itu.

Akan lebih baik tentunya jika kamu mendapat pendampingan dari ahli. Intinya adalah melepaskan atau merelakan apa yang sudah terjadi. Jangan berlindung di balik emosi yang meledak-ledak atau seolah semua baik-baik saja, padahal kamu hancur lebur.

Upaya berikutnya adalah bercerita atau curhat. Menyampaikan apa yang kita rasakan dan pikirkan dapat meringankan beban di dalam hati dan pikiran. Hanya saja, pastikan kamu bercerita kepada orang yang bisa dipercaya. Mungkin kamu tidak butuh mendapat dukungan darinya. Kamu hanya perlu menyampaikan semua tanpa perlu penghakiman dan saran apakah kamu dalam posisi benar atau salah.

Mencintai diri sendiri. Semua orang, siapa saja bisa berkhianat, tapi kamu tak akan mengkhianati diri sendiri. Jujurlah terhadap diri sendiri dan perhatikan apa yang kamu butuhkan. Dengarkan apa kata tubuh dan pikiranmu. Bangkitlah, setidaknya untuk diri sendiri.

NATHASYA ESTRELLA

Leave A Reply

Your email address will not be published.